Haiiiiiiiiiii.....!!!!!!!!!
It's really been a long long loooongggg time no update from this blog.
Oh gosh! Apakah gue sebegitu sibuknya sampai-sampai gak punya waktu untuk meng-update blog yang berdebu banget ini? Blog ini dapat diibaratkan seperti toilet yang kotor, bau, gak pernah disikat, dihiasi sarang laba-laba, dan ketika kita membuka tutup toiletnya, kecoak-kecoak dan berbagai jenis serangga lainnya akan berlomba-lomba untuk keluar dari kegelapan mereka. Tiga huruf untuk hal tersebut: IUH. So, indirectly, IUH is also for my blog (?).😄
Yak, mungkin memang selama ini gue terlalu sibuk kuliah dan ngajar B.Inggris (as usual) dan sekarang adalah bulan-bulan liburan, sehingga (semestinya) gue punya banyak waktu untuk menulis (beberapa) post di blog (kusam) ini. Namun, pada kenyataannya, walaupun saat ini gue sedang dalam masa liburan, gue sedang tidak berlibur. Gue lagi magang. Jelasnya lagi magang di Vivere Group, sebuah perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang interior. Jadi, gue lagi-lagi tidak memiliki (banyak) waktu untuk menulis-nulis.
Cerita tentang pengalaman magang akan gue ceritakan di post berikutnya. Kali ini, gue akan menceritakan kejadian yang gue dan dua anak les gue alami tiga bulan yang lalu. Sesuai dengan judulnya, kisah kali ini akan membuat kalian ambigu mengenai profesi part-time apa yang sesungguhnya gue jalani selama ini. Teacher atau babysitter, ya???
Gue lupa tanggal berapa hal ini terjadi, tetapi yang pasti, kejadian ini terjadi ketika waktu menunjukkan sekitar pukul 18.15-an di mana jam belajar baru berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Oh ya, sebelumnya, gue akan memberitahu nama dua anak les gue ini. Yang satu adalah Rycho (dipanggil 'Riko', tetapi kalian harus benar-benar memberi perhatian pada penulisan namanya karena ia akan marah jika kalian menulis namanya 'Rico'), anak kelas 6 SD dan adiknya bernama Rey, anak kelas 3 SD.
Nah, sesungguhnya, seriously, hal ini tidak akan terjadi jika sepupu mereka, Gwen, yang masih berumur 1 tahun tidak kepo dan mengganggu kegiatan belajar-mengajar yang tengah berlangsung di ruang tamu rumah Rycho dan Rey saat itu.
Gwen, dengan kaki lucunya yang putih dan mungil, berjalan menghampiri ruang tamu; Rey, yang ingin mengusir Gwen dari ruang tamu, melempar remote control mainannya yang sudah rusak ke belakang Gwen. Gwen pun berlari-lari menghampiri remote tersebut, kemudian berjongkok memungutnya, dan memberikannya kepada Rey (jadi, kalian dapat membayangkannya seperti anjing yang sedang bermain lempar-tangkap bola dengan majikannya untuk memudahkan kalian berimajinasi karena seperti itulah yang terjadi pada kenyataannya).
Namun, setelah Gwen mengembalikan remotenya kepada Rey, ada 'sesuatu' yang masih tertinggal di tempat remote itu jatuh. Rycho pun menghampiri 'sesuatu' itu dan karena mata Rycho minus 2 & tidak mengenakan kacamata, ia hampir saja mengambil 'sesuatu' itu.
"MIIIIIISSSSSSS!!!" tiba-tiba suara Rycho menggelegar ke seluruh sudut ruang tamu.
"Miiiiisss, Gwen PUP!! Aku pikir tadi itu bagian remote yang lepas, gak taunya itu PUP Gwen," Rycho berteriak penuh kepanikan karena Gwen ternyata PUP sembarangan dan PUP-nya menempel di lantai ruang tamunya.
Kepanikan itu semakin bertambah karena mama Rycho&Rey lagi ada di toko dan mama Gwen lagi pergi ke minimarket, sehingga tinggal gue orang paling tua di antara mereka-mereka itu.
"Miiisss, Miss bisa cebokin Gwen gak?" tanya Rycho polos.
"Of course, NOT," jawabku tak kalah polosnya.
"Miss kan udah gede, masa gak bisa cebokin Gwen!!??" tanya Rey lebih tak mau kalah polos.
Oh my gosh! Kata-kata Rey agak menohok hatiku, sih. Jadi, di mata anak-anak, semua orang gede harus bisa cebokin bayi!!!???
"Miss, bantuin aku cebokin Gwen, ya!" kata Rycho seperti sedang minta bantuan untuk mengerjakan PR.
"NOOO. I can't do that. Miss gak bisa cebokin bayi," kataku penuh kejujuran.
Gwen mungkin merasa sangat sedih karena tidak ada orang yang mengidolakannya, ups, men-cebok-inya maksudku, karena ia mulai menitikkan air mata dan menangis agak meraung. Rycho&Rey dan gue cuma bisa menenangkan Gwen. Rey mencengkeram lengan Gwen untuk mencegahnya jongkok karena Gwen terus-terusan bertingkah seperti bayi yang ingin jongkok. Gwen benar-benar menganggap bahwa lantai ruang tamu adalah 'toilet'nya dan ia ingin segera melanjutkan PUP-nya. Astaga. Rycho berkali-kali mengeluh "Aduh, Miiisss! Aduh, Miiisss!". Gue cuma bisa berkata "Gwen, jangan nangis, ya! Sabar, Gwen!".
Namun, pada akhirnya sang mama Gwen datang dan membereskan semuanya termasuk membersihkan PUP anaknya dari atas lantai ruang tamu.
Sejak saat itu, Rycho dan Rey, khususnya Rycho, terlihat agak trauma dengan PUP bayi, sehingga mereka cukup sering membuat contoh kalimat mengenai kebencian mereka terhadap PUP bayi.
Oh ya, FYI, kejadian itu telah menghabiskan waktu les kurang lebih 45 menit. Dan kejadian tersebut tak akan terlupakan. Rycho, Rey, dan gue tidak henti-hentinya tertawa.😄
Satu pelajaran yang gue dapet dari kejadian itu adalah keahlian untuk men-cebok-i bayi tidak kalah pentingnya dengan keahlian kita untuk mengajar. Jadi, hargailah para babysitter yang ada di dunia ini, ya, guys!
See yaaaa!😉